KabarJakarta.com — Gangguan kesehatan mental atau depresi merupakan masalah kejiwaan yang rentan terjadi pada remaja. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) sebanyak 6,1 % atau sekitar 12 juta penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami depresi dan hanya 9% diantaranya yang menjalani pengobatan medis.
Riset kesehatan dasar 2018 menunjukkan, terjadi peningkatan prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk remaja dari semula 6% pada tahun 2013, menjadi 9,8% atau sekitar 20 juta penduduk usia remaja.
Dr. Khamelia Malik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyampaikan bahwa terdapat paradoks pada kesehatan remaja. Di sisi lain secara fisik masa remaja merupakan periode paling sehat sepanjang hidup dari segi kekuatan, kecepatan, kemampuan penalaran, lebih tahan terhadap kondisi dingin, panas, kelaparan, dehidrasi dan berbagai jenis cedera.
“Justru angka kesakitan dan kematian meningkat hingga 200% di masa remaja akhir ini,” Kata Dr. Khamelia dikutip dari laman Kemenkes, Selasa, (17/10).
Dimana salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi yang mengakibatkan kesakitan dan kematian, lanjutnya.
Menurutnya yang membuat remaja sulit dipahami adalah ada area otak yang mengalami maturasi lebih cepat dibanding area lainnya.
Otak remaja berkembang dalam keadaan konstan yang berarti remaja lebih cenderung melakukan perilaku berisiko dan implusif, kurang mempertimbangkan konsekuensi dibanding orang dewasa.
Inilah sebabnya penting bagi orang tua untuk membimbing dan menjadi panutan para remaja dalam membangun kecerdasan emosi dan mengambil pilihan yang lebih sehat.
Orang tua ataupun guru perlu membantu remaja untuk mengevaluasi risiko dan mengantisipasi konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil remaja. Selain itu juga mengembangkan strategi untuk mengalihkan perhatian dan energi ke aktivitas yang lebih sehat agar kesehatan mental juga terjaga.
Senada, anggota perhimpunan psikolog Indonesia, Nimaz Dewantary mengatakan bahwa edukasi diri sendiri mengenai apa yang tengah dialami anggota keluarga itu akan sangat membantu kestabilan emosi.
Upaya lain yang dapat dilakukan dengan membantu mendapatkan bantuan professional ke psikolog, memberi dukungan dalam menjalani terapi, menghilangkan stigma dan meluangkan waktu untuk diri sendiri akan sangat membantu dalam menangani masalah kesehatan mental.