News  

Liburan Tahun Baru Terancam Gagal, Harga Tiket Pesawat Menjulang Tinggi

Kabarjakarta.com

KabarJakarta.com – Momen tahun baru kerap dimanfaatkan oleh banyak masyarakat berlibur ke luar kota atau ke luar negeri. Tapi, tahun ini harus berpikir ulang karena harga tiket pesawat mengalami kenaikan cukup signifikan.

Dina (25), asal Banyuasin, Sumatera Selatan, yang merantau di Jakarta selama lebih kurang empat tahun mengaku dirinya berpikir ulang untuk kembali ke kampung halamannya karena harga tiket pesawat mengalami kenaikan cukup signifikan.

“Rasanya pengen nangis aja, mikir kalau mau pulang kampung karena tiket pesawat mahal banget,” kata Dina, Rabu (21/12).

Meskipun ingin berkumpul dan menghabiskan pergantian tahun bersama keluarga di kampung halaman, Dona terpaksa menunda pulang saat libur Natal dan tahun baru. Dia lebih memilih menyimpan uangnya untuk libur Lebaran nanti.

“Enggak lama lagi kan Lebaran, lebih saya kumpulin aja supaya bisa pulang ke kampung,” tuturnya.

Dia menyebut, harga tiket pesawat saat ini jauh berbeda dari jika dibandingkan 2-3 tahun ke belakang. Dulu, ia hanya merogoh kocek sekitar Rp300.000 sampai Rp400.000-an saja untuk bisa membeli tiket pesawat rute Jakarta-Palembang untuk penerbangan kelas ekonomi. Sedangkan, saat ini harga tiket dengan rute yang sama pada periode libur Natal dan tahun baru berkisar Rp600.000 sampai Rp1 juta, bahkan lebih untuk kelas ekonomi.

Sedangkan, jika dirinya menggunakan jalan darat memang jauh lebih murah, yakni sekitar Rp250.000 hingga Rp350.000 sekali perjalanan. Namun, jarak tempuh perjalanannya menghabiskan waktu sehari semalam. Hal itu membuat dirinya tidak memilih cara itu.

Kondisi yang sama juga dirasakan Pratama (29), yang bekerja di Jakarta sejak empat tahun lalu. Pria asal Pariaman, Sumatera Barat ini mengaku terpaksa mengurungkan niatnya untuk pulang kampung bersama istri dan anaknya pada masa libur Natal 2022 dan tahun baru 2023.

Meskipun demikian, ia dan keluarganya memang menginginkan untuk pulang karena sudah dua tahun selama pandemi COVID-19 hanya bertahan untuk liburan dalam kota saja.

“Di tahun-tahun saat pandemi, saat Natal dan tahun baru enggak ke luar daerah, enggak pulang, cuma liburan dalam kota,” ujarnya, Selasa (20/12).

Menurut Pratama, banyak sekali alasan yang membuat ia dan istri memilih bertahan di Ibu Kota saja saat libur Natal dan tahun baru. “Enggak mudik atau enggak keluar daerah saat Natal dan tahun baru ini karena peak season kan lalu lintas padat, harga tiket naik, di tempat-tempat liburan pasti ramai,” kata Pratama.

Hal itu dilakukan oleh Pratama untuk menjaga kesehatan anaknya yang masih berusia 2 tahun dari risiko terinfeksi COVID-19 dan menghemat uang untuk libur panjang Lebaran nanti.

“Enak ngambil yang weekday atau hari-hari biasa untuk pulang kampung, kecuali peak season yang Idul Fitri, pasti balik kampung,” tutur dia.

Situasi yang dialami oleh Dona dan Pratama itu sesuai dengan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Hasil survei terhadap 30.606 responden menunjukkan, sebanyak 38,4% responden memilih tidak melakukan perjalanan saat Natal dan tahun baru karena tidak ada biaya.

Kepala Badan Kebijakan Transportasi (Bakertrans) Kemenhub I Gede Pasek Suardika menjelaskan, faktor terbanyak yang mendasari sejumlah masyarakat ingin melakukan mudik Natal dan tahun baru ialah ekonomi yang mendukung, kondisi pandemi COVID-19 yang mereda, serta adanya cuti bersama.

BKT juga menyebutkan, secara umumnya di Tanah Air, potensi pergerakan pada Natal dan tahun baru tahun ini yaitu 16,35% dari jumlah penduduk Indonesia, atau sekitar 44,17 juta orang. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang diprediksi sebanyak 19,9 juta orang. Adapun yang tidak bepergian diprediksi sekitar 83,65%.