Anies Sindir Jokowi yang Tak Selesaikan Masa Jabatan Gubernur DKI

Anies Sindir Jokowi yang Tak Selesaikan Masa Jabatan Gubernur DKI
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

KabarJakarta.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sedang menyindir Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal kepemimpinan di Jakarta. Dia menyatakan tuntas menyelesaikan jabatan hingga 5 tahun, dan layak dinilai.

Seperti diketahui, Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub DKI 2012. Dua tahun kemudian, 2014, ia maju sebagai kontestan Pilpres dan menang. Jokowi lalu melepas jabatan Gubernur DKI Jakarta, dan digantikan oleh wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai pernyataan Anies itu sedang menyindir Presiden Jokowi.

Adi mengatakan pernyataan Anies bisa memiliki banyak makna. Lalu dia menyinggung ciri khas Anies yang disebutnya sering seperti menyinggung Jokowi.

“Pernyataan Anies memiliki banyak makna. Yang selalu menjadi ciri khas Anies selalu terlihat nyindir Jokowi dan ingin berbeda dari kebanyakan persepsi orang,” kata Adi.

Adi menilai Anies sedang menyampaikan bahwa pemimpin yang menjabat sampai selesai saja yang layak dinilai. Sementara, pemimpin yang tidak tuntas menyelesaikan masa jabatannya tidak layak dinilai.

“Ketika Anies menyatakan siap maju sebagai capres sambil minta dinilai kinerjanya 5 tahun secara terbuka, dia terkesan menegaskan hanya pemimpin yang genap 5 tahun yang layak dinilai. Sementara pemimpin yang hanya sepenggal, tidak sampai selesai, tidak layak dinilai,” jelas Adi.

Menurut dia, pernyataan Anies ini telah menyindir Jokowi dan Ahok yang tidak menjabat selama 5 tahun saat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kinerja selama memimpin Jakarta, kata Adi, pernah dipakai Jokowi sebagai modal untuk bertarung di Pilpres.

“Dulu Jokowi jualan kinerjanya di Jakarta untuk modal maju di Pilpres,” tuturnya.

Pernyataan Anies itu sekaligus ingin melawan opini publik soal sosok capres harus rajin blusukan atau berpenampilan sederhana. Dia ingin orang-orang melihat sosok capres karena faktor rasional seperti kinerja di posisi yang pernah dijabat.

“Ketika dia meminta dinilai kinerjanya selama menjabat sebagai Gubernur DKI, Anies sedang melawan opini publik yang mayoritas melihat calon presiden 2024 karena faktor psikologis seperti merakyat, rajin blusukan, terlihat sederhana dan lainnya. jarang yang melihat capres karena faktor rasional seperti kinerja,” ucap Adi.

Tapi, dia menilai pernyataan Anies itu bisa menjadi blunder. Adi menilai kinerja Anies sebagai Gubernur DKI tidak terlalu mentereng.

“Pernyataannya bisa jadi blunder, karena kinerjanya di Jakarta tidak terlalu mentereng. Sisi lain orang melihat calon 2024 bukan karena kinerja, tapi karena faktor lain seperti sederhana, turun ke bawah, dan seterusnya,” tukasnya.

Adi menyarankan agar Anies harus melakukan sejumlah strategi agar kinerja yang dinilai sebagai modal untuk maju di Pilpres 2024 berhasil. Menurutnya, publik saat ini tidak lagi melihat dari kinerja salah satu figur.

“Sah-sah saja kalau dia beranggapan kinerjanya sebagai Gubernur DKI Jakarta sebagai strategi maju di 2024. Tapi orang tidak melihat kinerjanya, yang dilihat factor lain seperti blusukan, suka bagi-bagi, dan lain-lain,” ucapnya kembali.

Anies Minta Dinilai Kinerjanya

Diberitakan sebelumnya, Anies dalam sebuah artikel yang dimuat di Reuters berjudul ‘Popular governor of Indonesian capital ‘prepared’ to run for president’, Anies bicara soal asumsi orang-orang terhadap apa yang akan dia kerjakan selama menjabat Gubernur DKI Jakarta. Sekarang, setelah 5 tahun menjabat, Anies meminta agar dirinya dinilai dari kenyataan dan rekam jejak.

“Dulu, orang berasumsi tentang saya dan apa yang saya perjuangkan dan apa yang akan saya lakukan di kantor. Sekarang, saya telah menjabat selama 5 tahun, jadi nilailah saya berdasarkan kenyataan dan rekam jejak,” kata Anies seperti dilansir Reuters, Jumat (16/9).

Di artikel itu juga dibahas soal posisi Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta sebagai batu loncatan menuju kursi Presiden RI dengan memberi contoh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta sebelum memenangkan Pilpres 2014.

Kritik atas kemenangan dirinya pada Pilgub DKI 2017 diraih berkat kerja-kerja kelompok Islam melakukan agitasi propaganda selama berbulan-bulan terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait kasus penodaan agama. Anies saat itu dianggap tidak berbuat banyak untuk memperbaiki polarisasi yang terjadi. Namun, Anies menyatakan kebijakannya sebagai Gubernur DKI Jakarta telah mempersatukan rakyat Jakarta.

Anies Baswedan juga menyinggung soal elektabilitas dirinya hasil survei yang disebutnya tidak diminta. “Saya siap mencalonkan diri sebagai Presiden RI jika sebuah partai mencalonkan saya,” ujar Anies.

“Survei yang tidak diminta ini terjadi, bahkan saya belum pernah berkampanye. Saya pikir mereka memberi saya lebih banyak kredibilitas,” ucap Anies.

Penulis : Zultamzil

Editor : Adi S

Cek Fakta
CEK FAKTA LAINNYA