Opini - Salah satu penekanan dalam pidato kenegaraan Presiden Jokowi di sidang MPR RI hari ini adalah tentang pentingnya menjadikan Indonesia sebagai rumah bersama.
“Rumah besar Indonesia adalah tempat yang nyaman untuk semua. Ruang hidup bagi seluruh anak bangsa, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote”.
Gagasan ini sangat substansial untuk merapikan kembali tenun kebangsaan yang kusut karena pemilihan presiden (pilpres) kemarin.
Kedepan, indikator kesuksesan kepemimpinan Jokowi, bukan hanya infrastruktur, tak cukup peningkatan keterampilan tenaga kerja, serta pertumbuhan ekonomi, namun penting juga bagaimana masyarakat bisa kembali sembuh dari bentrok psikologis di momen pilpres.
Jokowi memiliki berbagai macam perangkat untuk menyelesaikan aneka persoalan bangsa. Dia punya jutaan Aparatur Sipil negara (ASN), termasuk tentara, polisi, intelijen yang bisa dia gerakan untuk mengurai berbagai persoalan bangsa, termasuk tentang konflik horizontal pada momentum Pilpres, yang dia sendiri juga sebagai salah satu kontestannya.
Jokowi tentu ingat bahwa hal yang membesarkan dirinya adalah karena lebih banyak bekerja daripada bicara. Hal itu adalah brand Jokowi sehingga bisa melewati tahap-tahap politik dengan mulus dari walikota di kota kecil, Solo, kemudian Gubernur di ibu kota DKI Jakarta, serta menang pemilihan presiden sebanyak dua kali karena dia menjawab berbagai pesimisme dengan karya.
Di periode pertama, begitu banyak pesimisme yang muncul. Apakah Jokowi bisa mengelola negara ini karena dia hanya bekas Wali Kota Solo dan beberapa saat di DKI jadi gubernur.
Dia memperlihatkan beberapa terobosan di bidang infrastruktur untuk memperlancar perpindahan orang dan barang. Infrastruktur juga sebagai pondasi kemajuan ekonomi, kini dan kedepan. Juga beberapa terobosannya terkait reformasi birokrasi, dan lainnya.
Kini muncul pertanyaan, apakah Jokowi bisa menjawab persoalan tantangan perpecahan bangsa. Itu harus dijawab oleh Jokowi dengan karya. Ada 5 tahun waktu bagi Jokowi untuk membuktikan berbagai macam pesimisme, atau mungkin kesalahpahaman sebagian masyarakat tentangnya.
Yang pasti, masyarakat yang mengkritik atau yang anti Jokowi kemarin. Memiliki dua kemungkinan. Ada yang menemukan ketidaksesuaian antara cita-cita politik Jokowi dengan fakta yang ada. Selanjutnya, ada juga yang termakan oleh hoax yang disebar oleh oknum tertentu.
Semua kubu tersebut harus dirangkul oleh Jokowi untuk bersama membangun bangsa. Apalagi pihak-pihak yang telah berjuang habis-habisan dengan menerima berbagai resiko, termasuk berkonflik dengan keluarga sendiri dan teman kantor, demi untuk memenangkan Jokowi.
Jokowi punya tanggung jawab untuk membahagiakan mereka dan meyakinkannya bahwa mereka tidak salah memperjuangkan sesuatu.
Andi Zulkarnain
Analis Politik
Peneliti Jokowi
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi