Ini Penyebab BBM Non Subsidi Turun Harga

bbm non subsidi
Ilustrasi BBM non subsidi

KabarJakarta.com – Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto menilai penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) merupakan sesuatu yang biasa saja. Penurunan ini dianggap sudah sewajarnya lantaran harga minyak dunia sedang turun.

“Harga BBM non subsidi kita mengikuti mekanisme pasar. Jadi naik-turun tergantung harga minyak di pasar dunia. Jadi keputusan menurunkan harga ini sudah seharusnya, sebagai aksi korporasi dalam menjaga keseimbangan harga produksi dan harga jual,” kata Mulyanto, Senin kepada media, Senin, 2 September 2024.

Menurut Mulyanto, selama ini penetapan harga BBM non subsidi mengacu pada Mean of Platts Singapore (MOPS) yaitu harga rata-rata selama satu bulan transaksi jual beli pada bursa minyak di Singapura.

Penggunaan MOPS oleh pemerintah Indonesia guna menentukan patokan harga BBM dalam negeri ini, sehingga diperlukan acuan harga pasar terdekat (border price). Secara umum, harga MOPS relatif sesuai dengan indeks harga minyak dunia yang dipublikasikan lembaga atau negara lain.

Mulyanto menambahkan, dalam satu bulan terakhir ini harga minyak dunia tersebut cenderung turun. “Misalnya, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) per tanggal 1 September 2024 menyentuh angka USD 73.5 per barel dari sebelumnya yang sempat mencapai USD 85 per barel,” terangnya.

“Jadi cukup wajar kalau harga BBM non subsidi di dalam negeri ikut turun. Penurunan harga BBM non subsidi terjadi bukan hanya di SPBU Pertamina, tetapi juga SPBU-SPBU swasta lainnya,” tandas Mulyanto.

Masyarakat Jangan Bingung

Sementara, analis kebijakan publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah meminta masyarakat agar memahami harga BBM non subsidi yang berfluktuasi. Contohnya, meski sempat dinaikkan pada pertengahan Agustus 2024, ternyata Pertamax kembali turun per 1 September 2024 pukul 00:00 waktu setempat.

Trubus menegaskan, sebagai komoditas non subsidi, seri Pertamax memang mengikuti harga pasar. Ketika komponen yang berpengaruh seperti minyak dunia mengalami penurunan, misalnya, sangat wajar kalau Pertamina juga menurunkan harga Pertamax.

”Ini yang harus dipahami publik, sebagai komoditas non subsidi, sangat lumrah jika harga seri Pertamax naik atau turun. Mengikuti harga keekonomian. Kalau tiba-tiba naik, masyarakat jangan galau. Begitu pula kalau turun seperti sekarang, tidak usah menduga-duga,” kata Trubus kepada media.

Menurut Trubus, Pertamina pasti memperhitungkan dengan seksama sebelum memutuskan kebijakan penyesuaian harga BBM non subsidi. Termasuk kaitannya dengan dua komponen yang cukup berpengaruh, yakni harga minyak mentah dunia (crude oil) dan nilai tukar mata uang.

”Pertamina tentu sudah membuat kalkulasi matang,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Analis Kebijakan Indonesia (AAKI), tersebut.

Terkait hal itu pula, Trubus meminta masyarakat agar bisa membedakan, antara komoditas subsidi seperti Pertalite dan non subsidi seperti seri Pertamax. ”Untuk yang non subsidi, kalau harga minyak dunia naik misalnya, Pertamina tentu tidak bisa terus menahan agar harga tetap. Bisa berpengaruh pada kondisi finansial perusahaan,” kata dia.

Untuk itu, lanjutnya, masyarakat juga harus tahu ketika sejak Maret tahun ini harga minyak dunia terus meroket. Padahal di sisi lain, Pertamina ternyata baru menaikkan harga Pertamax pada pertengahan Agustus 2024. ”Artinya, meski dituntut mencari untung, Pertamina ternyata terus memperhatikan faktor daya beli masyarakat,” imbuh Trubus.

Terkait kebijakan Pertamina dalam menyesuaikan harga BBM nonsubsidi, Trubus juga menilai baik. Sebab, Pertamina selalu memberikan informasi kepada masyarakat, baik melalui website perusahaan maupun media massa.

”Hanya saja, untuk SPBU-SPBU di daerah, ada baiknya informasinya diperbanyak. Bisa melalui spanduk-spanduk yang terbaca jelas oleh masyarakat,” ujarnya.

Per 1 September 2024, PT Pertamina (Persero) resmi memang menurunkan harga BBM non subsidi. Dengan penurunan ini, harga BBM Pertamina tetap paling kompetitif. Adapun harga BBM jenis Pertamax Green dari harga Rp 15.000 turun menjadi Rp 13.650 per liter, Pertamax Turbo dari Rp 15.450 menjadi Rp 14.475 per liter, Pertamina Dex dari Rp 15.650 turun jadi Rp 14.550 per liter, dan Dexlite dari Rp 15.350 menjadi Rp 14.050 per liter. (*)