KabarJakarta.com – Gubernur DKI Jakarta dituding sedang berusaha membangun oligarki. Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto menyebutkan pelaporan kasus dugaan korupsi pameran buku Frankrut Book Fair 2015 merupakan salah satu bukti bahwa Anies tengah berusaha membangun New Oligarki.
Saat itu, kata Hari, Anies diduga menyalahgunakan kewenangannya saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Dia dicurigai melakukan korupsi secara sistematis selama tiga hari acara pameran buku tersebut pada tanggal 14-18 Oktober 2015 dengan biaya Rp146 miliar yang dilaporkan oleh Andar Mangatas Situmorang.
Hari menjelaskan, menanggapi laporan tersebut, Kabiro Humas KPK saat itu (2017), Febri Diansyah mengatakan akan melakukan penelusuran untuk membuktikan dugaan korupsi yang dilakukan Anies.
“Saat itu Febri Diansyah membenarkan adanya pelaporan tersebut dan akan menyelidiki apakah ada indikasi korupsi atau tidak,” kata Hari Purwanto melalui siaran persnya secara tertulis, Selasa (14/6/2022).
Lalu di mana letak oligarkinya? Petot, panggilan akrab Hari Purwanto menyebutkan, ketika KPK sedang melakukan penyelidikan dugaan korupsi Formula E, Noves Baswedan yang notabenenya merupakan keluarganya Anies dan mantan penyidik KPK, mengeluarkan statement untuk ‘Bubarkan KPK’. “Di sinilah New Oligarki’,” ujarnya.
“Pertama, dugaan korupsi pameran buku Frankrut saat itu Anies menjadi Mendikbud dilaporkan ke KPK dan posisi Novel masih sebagai penyidik KPK sehingga diduga kasus tersebut menguap. Kedua, KPK saat ini sedang menyelidiki Formula E Jakarta di mana Anies saat ini menjadi Gubernur DKI dan Novel saat ini menjadi ASN di Mabes Polri, namun karena sakit hati dan dendam karena gagal TWK menjerit bubarkan KPK,” ucap Hari melanjutkan.
Katanya, perilaku ‘New Oligarki’ diperlihatkan dua bersaudara ini ke publik. Dan apakah ini berarti bahwa Anies berhutang budi pada Novel atas korupsinya yang ditutupi selama ini?
“Pantas saja para pimpinan KPK yang kadung emosi dan sakit hati dengan revisi RUU KPK dan gagal TWK langsung beralih kantor di KPK DKI yang dalam satu kantor dengan tim TGUPP. Maksud Novel menjerit ‘Bubarkan KPK’ melindungi koruptor, malah diingatkan dosanya selama ini melindungi saudaranya Gubernur DKI yang saat ini sedang berjalan penyelidikan Formula E,” pungkasnya.